HNP

Penyakit hernia nukleus pulposus (HNP) adalah penyakit yang terjadi ketika bantalan ruas tulang belakang bergeser dan menekan saraf tulang belakang. HNP juga dikenal dengan istilah ‘saraf terjepit’.

Saraf tulang belakang yang kejepit ini dapat menimbulkan gejala nyeri punggung bawah (pinggang), sakit punggung atas, atau nyeri pada leher, tergantung lokasi terjadinya HNP.

 

Sebagian besar penyakit HNP dapat sembuh dengan sendirinya. Namun bila nyeri masih berlangsung sampai berbulan-bulan, dokter dapat memberikan pengobatan yang jenisnya disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala pada pasien.

Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP)

Jika bantalan yang bergeser tidak sampai menjepit saraf, penderita mungkin hanya merasakan sakit punggung ringan atau bahkan tidak merasakan sakit sama sekali. Namun bila hernia menekan atau menjepit saraf tulang belakang, gejala yang muncul tergantung pada lokasi dan banyaknya saraf yang terjepit. Kondisi ini dapat menyebabkan sakit punggung kiri, kanan, atau keduanya, yang menjalar hingga ke paha atau kaki.

 

Berikut adalah gejala saraf kejepit berdasarkan lokasinya:

Gejala HNP di leher

HNP yang menjepit saraf di leher disebut juga dengan HNP cervical. Beberapa gejalanya adalah:

  • Nyeri pada leher dan bahu yang menjalar ke lengan
  • Kesemutan, lemah, atau kaku otot di salah satu lengan
  • Sensasi seperti terbakar di leher, bahu, dan lengan

Gejala HNP di punggung bawah                                                        

HNP lumbal atau hernia yang menjepit saraf di pinggang atau punggung bawah, dapat memunculkan sejumlah gejala berikut:

  • Sakit di punggung bagian bawah atau di bagian tulang ekor yang makin memburuk ketika bergerak
  • Nyeri seperti tertusuk di area bokong yang menjalar ke salah satu tungkai
  • Kesemutan atau lemah otot di tungkai

Penyebab Hernia Nukleus Pulposus (HNP)

HNP disebabkan oleh melemahnya jaringan di bantalan tulang belakang. Seiring bertambahnya usia, kelenturan bantalan tulang belakang akan berkurang sehingga rentan terhadap cedera. HNP juga dapat terjadi akibat seseorang terjatuh atau mengalami benturan pada tulang belakang, sehingga tulang belakang bergeser (spondylolisthesis)

Selain itu, ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami saraf kejepit, yaitu:

  • Memiliki keluarga dengan riwayat saraf kejepit
  • Memiliki berat badan berlebih
  • Mengangkat beban berat dengan posisi dan tumpuan yang salah
  • Melakukan gerakan menunduk dan berputar secara mendadak atau berulang
  • Memiliki kebiasaan merokok

Pengobatan Hernia Nukleus Pulposus (HNP)

Sebagian besar pasien HNP dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu hingga bulan. Selama periode tersebut, pasien dianjurkan untuk banyak berbaring dan tidak melakukan aktivitas berat.

Meski demikian, tetap perlu bergerak agar sendi dan otot tidak kaku. Pasien juga bisa mengompres area yang sakit dengan kompres hangat atau dingin. Bila gejala masih belum mereda, periksakan ke dokter.

Dokter dapat melakukan sejumlah tindakan berikut untuk mengatasi saraf kejepit:

  • Pemberian obat, meliputi obat pereda nyeri, pelemas otot, dan suntik kortikosteroid
  • Fisioterapi

Jika metode di atas masih belum bisa meredakan gejala atau pasien kesulitan untuk berdiri, berjalan, dan mengontrol buang air kecil, dokter bedah saraf atau dokter ortopedi akan melakukan operasi tulang belakang.

Komplikasi Hernia Nukleus Pulposus (HNP)

Saraf kejepit yang tidak ditangani dapat menyebabkan nyeri makin memburuk dan membuat penderita sulit beraktivitas, serta komplikasi lain di bawah ini:

  • Inkontinensia urine dan inkontinensia tinja
  • Hilang sensasi di area sekitar dubur dan paha bagian dalam
  • Kerusakan saraf permanen yang menyebabkan kelumpuhan
  • Sindrom Cauda Equina

Pencegahan Hernia Nukleus Pulposus (HNP)

Meski HNP tidak selalu dapat dicegah, Anda bisa mengurangi risiko saraf kejepit dengan melakukan langkah-langkah berikut:

  • Berolahraga secara teratur, terutama jenis olahraga yang dapat menguatkan otot serta sendi di tungkai dan punggung, misalnya berenang
  • Menjaga postur tubuh yang baik, seperti duduk dengan punggung yang tegak, atau mengangkat beban dengan posisi yang benar
  • Mempertahankan berat badan ideal, untuk mencegah tekanan berlebih pada tulang belakang
  • Berhenti merokok, karena kandungan di dalam rokok bisa mengurangi suplai oksigen ke bantalan tulang belakang
  • Sesekali berdiri dan lakukan peregangan jika pekerjaan mengharuskan Anda untuk duduk dalam waktu yang lama

Fisioterapi

Salah satu piranti Fisioterapi yang dapat digunakan selain mendatangi medis adalah dengan adalah Iteracare.

Iteracare sebagai perangkat fisioterapi  mandiri untuk keluarga.

Banyak kesaksian yang merasakan manfaat terapi Itercare untuk kasus HNP

 

Sumber : alodokter.com

kesaksian HNP

10 Penyakit Teratas

Iteracare Solusi kesehatan Keluarga Indonesia

Perangkat Terapi Iteracare

Saat seseorang membicarakan mengenai penyakit yang paling mematikan di dunia, mungkin mereka akan berpikir tentang penyakit yang akan memberikan dampak seketika, atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, Namun pada kenyataannya, hal itu tidaklah sepenuhnya benar. Dikutip dari Healthline,  data menunjukkan mereka yang meninggal justru sebanyak 68 persennya akibat penyakit yang berkembang lambat. Beberapa penyakit paling mematikan tersebut ternyata sebenarnya beberapa di antaranya bisa dicegah. Baca juga: 6 Bagian Tubuh yang Mengeluarkan Sinyal Serangan Jantung Secara lengkap berikut ini 10 penyakit paling mematikan di dunia:

  1. Penyakit jantung coroner Penyakit jantung coroner adalah penyakit yang paling mematikan di dunia. Ia disebut pula dengan Penyakit Jantung Iskemik. Penyakit jantung coroner atau CAD ini terjadi ketika pembuluh darah yang memasok darah ke jantung menjadi menyempit. CAD yang tak diobati bisa menyebabkan nyeri dada, gagal jantung, dan aritmia. Adapun sejumlah risiko pemicu penyakit jantung adalah: Kolesterol tinggi, Darah tinggi, Merokok, Diabetes, Riwayat keluarga, Kelebihan berat badan. Sejumlah hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko penyakit jantung yakni: Olahraga teratur, Menjaga berat badan ideal, Makan-makanan seimbang rendah natrium Banyak makan buah dan sayur, Minum air putih.  Baca juga: 6 Makanan yang Baik Dikonsumsi untuk Penderita Sakit Jantung

2.  Stroke Kondisi stroke terjadi saat arteri di otak tersumbat maupun bocor. Hal ini mengakibatkan sel-sel otak yang kekurangan oksigen bisa mati dalam beberapa menit. Saat mengalami kondisi stroke maka sejumlah kondisi yang bisa dialami yakni mati rasa dan kebingungan atau mengalami kesulitan berjalan dan melihat. Nantinya apabila kondisi ini tak segera diobati maka bisa mengakibatkan cacat jangka panjang. Seseorang yang tak segera mendapat perawatan ketika serangan stroke maka biasanya akan mengalami kecacatan. Adapun sejumlah faktor risiko stroke di antaranya yakni: tekanan darah tinggi, riwayat keluarga stroke, dan merokok. Baca juga: Gejala-gejala Stroke yang Harus Diwaspadai

3. Infeksi saluran pernapasan bawah Infeksi saluran pernapasan bawah merupakan infeksi pada saluran udara dan paru-paru. Adapun sejumlah penyebab terjadinya penyakit ini di antaranya:  Influenza, atau flu  Radang paru-paru  Bronkitis  Tuberculosis (TBC) Penyakit ini bisa disebabkan oleh bakteri namun juga bisa karena virus. Pada infeksi ini, batuk adalah gejala utama. Namun mungkin akan diikuti dengan gejala sesak napas, mengi dan perasaan sesak di dada. 

4.Penyakit paru obstruktif kronik Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru progresif yang berdampak jangka panjang hingga membuat seseorang sulit bernapas. Bronkitis dan emfisema meupakan jenis PPOK. Berikut ini sejumlah faktor risiko penyebab penyakit PPOK: Merokok atau perokok pasif Iritasi paru-paru seperti asap kimia Riwayat keluarga, dengan gen AATD dikaitkan dengan COPD Riwayat infeksi saluran pernapasan saat kecil. Baca juga: Tanda dan Gejala Awal Kanker Paru-paru pada Pria

5. Kanker trakea, bronkus, dan paru-paru Penyakit ini bisa menyerang siapa saja namun kemungkinan besar mempengaruhi mereka yang memiliki riwayat merokok. Faktor risiko lain untuk penyakit ini adalah lingkungan dan riwayat keluarga. Dalam sebuah studi tahun 2015 dilaporkan bahwa kanker pernapasan menyumbang sekitar 4 juta kematian setiap tahun di negara maju. Adapun di negara berkembang peneliti memproyeksikan peningkatan kasus ke angka 81 hingga 100 persen pada kanker pernapasan akibat polusi dan merokok. SBanyak negara Asia, terutama India, masih menggunakan batu bara untuk memasak. Padahal emisi bahan bakar padat menyumbang 17 persen kematian akibat kanker paru-paru pada pria dan 22 persen pada wanita. Baca juga: Max Sopacua Meninggal Diduga Kanker Paru, Ini Gejala dan Pemicunya

6. Diabetes Melitus Diabetes merupakan kelompok penyakit yang mempengaruhi produksi dan penggunaan insulin. Pada diabetes tipe 1 pankreas tidak bisa memproduksi insulin dengan penyebab yang tidak diketahui. Adapun pada diabetes tipe 2 pankreas tak menghasilkan cukup insulin atau insulin tak bisa dipakai secara efektif. Pada diabetes tipe 2 ini bisa disebabkan pola makan yang buruk, kurang olahraga dan kelebihan berat badan. Meskipun penyakit ini tak bisa dicegah namun seseorang bisa mengontrol keparahan gejala dengan berolahraga secara teratur dan jaga nutrisi. Baca juga: 9 Tes untuk Diagnosis Diabetes yang Bisa Dilakukan  

7.  Alzheimer Penyakit Alzheimer atau demensia merupakan penyakit progresif yang menghancurkan memori dan mengganggu fungsi mental normal termasuk pemikiran, penalaran dan perilaku khas. Penyakit Alzheimer adalah demensia yang paling umum. Penyakit ini dimulai dengan menyebabkan masalah memori ringan, kesulitan mengingat informasi, dan tergelincir dalam ingatan. Namun, seiring waktu, penyakit ini berkembang dan Anda mungkin tidak memiliki ingatan dalam jangka waktu yang lama. Adapun sejumlah risiko Alzheimer yakni:  Seseorang berusia di atas 65 tahun  Riwayat penyakit dalam keluarga  Mewarisi gen untuk penyakit dari orangtua Anda  Gangguan kognitif ringan yang ada  Sindrom Down Gaya hidup tidak sehat Trauma kepala sebelumnya. Baca juga: Alzheimer

8. Dehidrasi karena diare Diare adalah saat Anda buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari. Jika diare berlangsung lama maka tubuh akan kehilangan air dan garam. Inilah yang kemudian menyebabkan dehidrasi hingga kematian.

9. Tuberkolosis Tuberkolosis atau TB merupakan kondisi paru-paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Ini merupakan bakteri udara yang bisa diobati namun beberapa resisten terhadap pengobatan konvensional. Berikut ini sejumlah faktor risiko tuberculosis yakni: Diabetes Infeksi HIV Berat badan lebih rendah Kedekatan dengan orang lain dengan TB Penggunaan obat-obatan tertentu secara teratur seperti kortikosteroid atau obat-obatan yang menekan sistem kekebalan tubuh. 

10. Sirosis Sirosis merupakan hasil dari jaringan parut kronis jangka panjang dan kerusakan hati. Kerusakan yang timbul mungkin akibat penyakit ginjal atau bisa pula karena kondisi hepatitis dan alkoholisme kronis. Hati berfungsi menyaring zat berbahaya dari darah dan mengirimnya ke seluruh tubuh. Saat hati rusak, maka zat berbahaya akan menyebabkan jaringan parut terbentuk. Jika itu terjadi maka hati harus bekerja keras untuk bisa berfungsi dengan baik. Adapun sejumlah risiko penyakit ini yakni: Penggunaan alkohol kronis Akumulasi lemak di sekitar hati (penyakit hati berlemak nonalkohol) Hepatitis virus kronis

Sumber :  : https://www.kompas.com/tren/read/2021/11/23/143000165/10-penyakit-paling-mematikan-di-dunia-apa-saja-?page=all.